Menjelang
Natal gereja biasanya sibuk. Ada banyak kegiatan yang disiapkan: ibadah,
perayaan, persembahan lagu, drama, makan malam, dekorasi panggung, bingkisan,
hingga mengunjungi panti asuhan. Berbulan-bulan sebelumnya panitia sudah
dibentuk, anggaran sudah disiapkan, dan anak-anak sekolah minggu sudah mulai
berlatih. Natal adalah acara superpenting di kalender gerejawi.
Bukan
hanya gereja yang sibuk menjelang Natal. Pusat-pusat perbelanjaan, restoran,
dan hotel juga sibuk merias diri: pohon cemara berhias lampu kelap-kelip,
patung Sinterklas dengan rusa terbangnya, juga musik khas Natal. Stasiun
televisi sibuk menayangkan film, lagu, dan pertunjukan bertema Natal. Produser
iklan membuat iklan-iklan baru agar sesuai suasana Natal dan Tahun Baru. Di
negara-negara barat malah lebih terasa lagi. Pusat kota dihias habis-habisan.
Mall-mall memanfaatkan budaya saling memberi kado saat Natal untuk mendorong
orang belanja, lengkap dengan jurus ‘Christmas sale’nya. Supermarket riuh
menjual bahan-bahan makanan khas Christmas dinner, kue-kue, coklat, biskuit,
dst.
Saya
selalu menikmati suasana Natal. Sejak kecil Natal selalu berkesan manis bagi
saya. Pokoknya semua tentang Natal menyenangkan. Dari film-film yang
menghangatkan hati ala Home Alone, parcel Natal yang dikirim kolega papa, sampai
liburan sekolah yang lumayan panjang. Saya juga selalu terlibat acara-acara
gereja. Kalau ngga jadi ketua panitia, ya seksi acara, atau main drama, atau
bantu-bantu dekorasi panggung. Aneh kalau saat Natal saya tidak sibuk.
Pada
kesempatan kali ini kita akan melihat sisi lain dari Natal. Sisi yang sangat
jarang kita tengok. Dan mungkin enggan kita tengok. Kita akan menelaah ulang
sejarah singkat Natal, juga menelusuri detail-detail kisah kelahiran Yesus di
Injil Matius dan Lukas, yang mungkin akan tidak terlalu menyenangkan bagi kita.
Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember
Di
Alkitab tidak ada perintah, ajakan, atau teladan untuk merayakan Natal. Yesus
tidak meminta kita merayakannya, rasul-rasul pun tidak, Paulus juga tidak.
Paskahlah yang Yesus perintahkan untuk kita rayakan. Gereja abad mula-mula
tidak merayakan Natal. Baru sekitar tahun 300an gereja Roma Katolik memulai
tradisi Natal ini, yaitu saat Kaisar Konstantin menjadikan seluruh kerajaan
Roma beragama Kristen. Gereja mengganti tradisi dan perayaan spiritual yang ada
kala itu dengan tradisi Kristen. Misalnya, tradisi menyembah matahari setiap hari
minggu (makanya disebut ‘Sunday’), diganti dengan kebaktian di gereja setiap
minggu (disebut Lord’s day). Demikian juga dengan 25 Desember yang semula diperingati
sebagai kelahiran dewa matahari, diganti dengan perayaan Natal.
Dari
kisah kelahiran Yesus yang ditulis di Alkitab, banyak teolog meyakini kelahiran
Yesus tidak jatuh pada 25 Desember. Negara Israel mengalami musim dingin pada
bulan Desember. Meski umumnya tidak bersalju, udara cukup dingin dan banyak
hujan di bulan tersebut. Hampir tidak mungkin gembala berada di padang rumput
di malam hari. Selain itu, pemimpin dan birokrat Romawi yang memiliki ide
brilian mengadakan sensus semestinya cukup cerdas untuk mengetahui bahwa
kondisi jalan sangat buruk dan cuaca tidak mendukung orang melakukan perjalanan
panjang ke kota asalnya. Kelahiran Yesus tidak mungkin di bulan Desember. Para
ahli yang membuat perkiraan waktu kelahiran Yesus berdasarkan informasi di
Alkitab (selisih waktu kehamilan Maria dan Elizabeth, bulan saat Zakaria
berjumpa malaikat, dst) menyimpulkan Yesus lahir sekitar bulan September!
Kisah kelahiran Yesus yang keliru
Kisah
kelahiran Yesus yang biasanya saya dengar kurang lebih seperti ini:
“24
Desember malam, sekitar dua ribu tahun yang lalu. Yusuf dan Maria tiba di kota
Betlehem. Maria yang menunggang keledai tiba-tiba merasa sakit bersalin. Satu
per satu penginapan di Betlehem mereka ketuk. Namun setiap penjaga penginapan
yang mereka jumpai menolak karena semua kamar penuh. Maka Maria pun melahirkan
Yesus di sebuah kandang. Kemudian sejumlah besar malaikat bernyanyi di depan
gembala-gembala. Malam itu tiga orang Majus juga datang menyembah bayi Yesus.”
Cerita
di atas sangat familiar hingga kita tidak menyadari betapa banyaknya hal yang
tidak akurat. Hampir setiap kalimat di atas mengandung kekeliruan. Tentunya
saat dibandingkan dengan Alkitab, yaitu kitab Matius dan Lukas yang banyak
menceritakan detail kelahiran Yesus.
Pertama,
Alkitab tidak pernah menyebut Maria menunggang keledai. Kedua, Alkitab juga
tidak pernah menyebutkan adanya penjaga penginapan yang berbicara dengan
Yusuf/Maria. Ketiga, malaikat yang disebutkan juga hanya satu, selebihnya
adalah ‘bala tentara surga’. Dan mereka tidak bernyanyi, tapi ‘memuji Allah’. Kita
bisa membaca ulang Lukas 2 dan Matius 1 & 2 untuk membuktikan hal ini.
Alkitab
juga tidak mengatakan bahwa Yusuf dan Maria tiba di Betlehem pada malam yang
sama ketika Yesus lahir. Lukas 2:6 hanya mengatakan: “Ketika mereka di situ
(Betlehem), tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin.” Keterangan waktu yang
dipakai adalah “ketika mereka di situ”. Ini tidak harus berarti “saat mereka
baru saja tiba di situ” kan. Versi bahasa Inggris menggunakan istilah “while
they were there”, bukan “when they were there”. Sedikit penjelasan bahasa,
while dan when digunakan ketika dua hal terjadi bersamaan. Namun ada sedikit
perbedaan, yaitu while lebih pas digunakan jika dua kejadian itu periodenya
agak lama (contoh: While you were reading the paper, I was working), sementara
when lebih pas jika dua hal itu singkat, atau terjadi persis setelahnya
(contoh: I thought of it (just) when you opened your mouth). Dengan pemahaman
ini, nampaknya Alkitab mengatakan bahwa Yusuf dan Maria tiba di Betlehem
beberapa hari sebelum Yesus lahir.
Kekeliruan
lain, Alkitab tidak pernah menyebut adanya kandang. Coba dicari lagi di
Alkitab, jika perlu menggunakan search engine Alkitab. Tidak ada kata kandang. Lukas
hanya menyebutkan palungan. Lho, dimana lagi tempat yang ada palungannya?
Bukankah palungan pasti berada di kandang hewan? Agak sulit bagi kita zaman
sekarang untuk membayangkan palungan untuk makan/minum hewan selain di kandang.
Namun, pada zaman Yesus situasinya berbeda. Hewan ternak juga dipelihara di
dalam rumah. Rumah-rumah Yahudi pada zaman Yesus biasanya memiliki area di
dekat pintu masuk untuk hewan ternak disimpan di malam hari. Tujuannya supaya
mereka tidak dicuri atau dimangsa, juga supaya panas tubuh mereka menghangatkan
rumah. Di dekat area itu ada palungan berisi jerami, kadang terbuat dari batu,
langsung built-in pada lantai rumah. Palungan ini menjadi tempat yang ideal
untuk meletakkan bayi yang dibedong ketika sang ibu lelah menggendong.
Jadi
apakah Yesus sebenarnya lahir di rumah, bukan di kandang? Tepat sekali,
beberapa ahli meyakini memang demikian. Alasannya, selain penjelasan tentang
palungan di atas, Lukas menggunakan kata Yunani “kataluma” ketika menulis “karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”. Kataluma bisa juga diartikan sebagai kamar tamu, selain penginapan
yang kita kenal sekarang. Rumah Israel zaman Yesus biasanya memiliki kamar yang
dikhususkan untuk tamu menginap. Uniknya, di cerita orang Samaria yang baik
hati, Lukas menggunakan kata Yunani lain, yaitu “pandokheion” yang lebih pas diterjemahkan sebagai motel atau losmen,
bukan kataluma.
Alasan
lain, adanya budaya hospitality (menyambut tamu dengan ramah) yang sangat
kental di Timur Tengah saat itu. Prof Kenneth Bailey, seorang teolog yang
terkenal karena menghabiskan 30 tahun di pedesaan Timur Tengah demi mempelajari
budaya masyarakat zaman Yesus, menceritakan bagaimana keramahan terhadap orang
asing yang sekadar melintas sungguh-sungguh nyata. Lebih-lebih untuk seorang
anak yang mudik ke desa nenek moyangnya. Ia melihat sendiri bagaimana seluruh
desa mengadakan perayaan besar ketika cucu dari seorang warga desa datang
bahkan tanpa kabar sebelumnya. Mengingat budaya hospitality ini, sungguh tak
terbayangkan jika Yusuf - seorang keturunan Daud - mudik ke Betlehem bersama
isterinya yang hamil tua dan tidak ada satupun saudaranya yang bersedia
menerimanya di rumah mereka.
Masih
ada lagi kekeliruan yang kita terus ulang-ulang dalam drama-drama Natal, yaitu
adanya tiga orang Majus. Alkitab tidak pernah menyebutkan jumlah orang Majus yang
datang mengunjungi bayi Yesus. Hanya karena mereka membawa tiga macam
bingkisan, bukan berarti jumlah mereka tiga kan?
Mitos Natal Abad 21
Mitos
seputar natal tidak berakhir di kandang Betlehem. Mitos Natal telah
bermetamorfosis ke dalam bentuk yang berbeda di abad 21 ini. Natal masa kini
bahkan tidak memerlukan sosok Yesus. Natal telah berganti menjadi acara kumpul
keluarga plus acara tukar kado, yang diromantisasi dengan pohon natal
kerlap-kerlip, di-amerika-isasi dengan pemandangan bersalju, di-hollywood-isasi
dengan film-film khas Natal, dan juga tampilnya sosok ajaib Sinterklas lengkap
dengan rusa terbang dan kurcaci sebagai berhala pengganti Yesus. Belum lagi
sale Natal dan cuci gudang boxing day yang ditunggu-tunggu semua orang.
Benarlah
kata Taylor Swift dalam lagunya ‘Christmas must be something more’. Mungkin ada
baiknya kita renungkan sejenak lirik lagu ini, dan bertanya pada diri kita
sendiri: Apa yang masih tersisa kalau Natal kita bersihkan dari segala mitos
dan pernak perniknya?
Christmas Must Be Something More – Taylor Swift
Verse 1
What if ribbons and
bows didn’t mean a thing
Would the song still
survive without 5 golden rings
Would you still wanna
kiss without mistletoe
What would happen if
God never let it snow
What would happen if Christmas
Carols told a lie
Tell me what you would
find
Chorus
You’d see that today
holds something special
Something holy and not
superficial
So here’s to the
birthday boy who saved our lives
It’s something we all
try to ignore
And put a wreath up on
your door
So here’s something
you should know that is for sure
Christmas must be
something more
Verse 2
What if angels did not
pay attention to
All the things that we
wish they would always do
What if happiness came
in a cardboard box
Then I’d think there
was something we all forgot
What would happen if
presents all went away
Tell me what would you
find
Bridge
We get so caught up in
all of it
Business and
relationships
100 mile an hour lives
And it’s this time of
year
And everybody’s here
It seems the last
thing on your mind
-//-
Bibliografi:
english.blog.linkua.com/2009/02/09/english-use-of-when-and-while-adverb/
No comments:
Post a Comment