Thursday, 7 March 2013

Apakah Natal kita Alkitabiah?



Menjelang Natal gereja biasanya sibuk. Ada banyak kegiatan yang disiapkan: ibadah, perayaan, persembahan lagu, drama, makan malam, dekorasi panggung, bingkisan, hingga mengunjungi panti asuhan. Berbulan-bulan sebelumnya panitia sudah dibentuk, anggaran sudah disiapkan, dan anak-anak sekolah minggu sudah mulai berlatih. Natal adalah acara superpenting di kalender gerejawi.

Bukan hanya gereja yang sibuk menjelang Natal. Pusat-pusat perbelanjaan, restoran, dan hotel juga sibuk merias diri: pohon cemara berhias lampu kelap-kelip, patung Sinterklas dengan rusa terbangnya, juga musik khas Natal. Stasiun televisi sibuk menayangkan film, lagu, dan pertunjukan bertema Natal. Produser iklan membuat iklan-iklan baru agar sesuai suasana Natal dan Tahun Baru. Di negara-negara barat malah lebih terasa lagi. Pusat kota dihias habis-habisan. Mall-mall memanfaatkan budaya saling memberi kado saat Natal untuk mendorong orang belanja, lengkap dengan jurus ‘Christmas sale’nya. Supermarket riuh menjual bahan-bahan makanan khas Christmas dinner, kue-kue, coklat, biskuit, dst.

Saya selalu menikmati suasana Natal. Sejak kecil Natal selalu berkesan manis bagi saya. Pokoknya semua tentang Natal menyenangkan. Dari film-film yang menghangatkan hati ala Home Alone, parcel Natal yang dikirim kolega papa, sampai liburan sekolah yang lumayan panjang. Saya juga selalu terlibat acara-acara gereja. Kalau ngga jadi ketua panitia, ya seksi acara, atau main drama, atau bantu-bantu dekorasi panggung. Aneh kalau saat Natal saya tidak sibuk.

Pada kesempatan kali ini kita akan melihat sisi lain dari Natal. Sisi yang sangat jarang kita tengok. Dan mungkin enggan kita tengok. Kita akan menelaah ulang sejarah singkat Natal, juga menelusuri detail-detail kisah kelahiran Yesus di Injil Matius dan Lukas, yang mungkin akan tidak terlalu menyenangkan bagi kita.

Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember
Di Alkitab tidak ada perintah, ajakan, atau teladan untuk merayakan Natal. Yesus tidak meminta kita merayakannya, rasul-rasul pun tidak, Paulus juga tidak. Paskahlah yang Yesus perintahkan untuk kita rayakan. Gereja abad mula-mula tidak merayakan Natal. Baru sekitar tahun 300an gereja Roma Katolik memulai tradisi Natal ini, yaitu saat Kaisar Konstantin menjadikan seluruh kerajaan Roma beragama Kristen. Gereja mengganti tradisi dan perayaan spiritual yang ada kala itu dengan tradisi Kristen. Misalnya, tradisi menyembah matahari setiap hari minggu (makanya disebut ‘Sunday’), diganti dengan kebaktian di gereja setiap minggu (disebut Lord’s day). Demikian juga dengan 25 Desember yang semula diperingati sebagai kelahiran dewa matahari, diganti dengan perayaan Natal.

Dari kisah kelahiran Yesus yang ditulis di Alkitab, banyak teolog meyakini kelahiran Yesus tidak jatuh pada 25 Desember. Negara Israel mengalami musim dingin pada bulan Desember. Meski umumnya tidak bersalju, udara cukup dingin dan banyak hujan di bulan tersebut. Hampir tidak mungkin gembala berada di padang rumput di malam hari. Selain itu, pemimpin dan birokrat Romawi yang memiliki ide brilian mengadakan sensus semestinya cukup cerdas untuk mengetahui bahwa kondisi jalan sangat buruk dan cuaca tidak mendukung orang melakukan perjalanan panjang ke kota asalnya. Kelahiran Yesus tidak mungkin di bulan Desember. Para ahli yang membuat perkiraan waktu kelahiran Yesus berdasarkan informasi di Alkitab (selisih waktu kehamilan Maria dan Elizabeth, bulan saat Zakaria berjumpa malaikat, dst) menyimpulkan Yesus lahir sekitar bulan September!

Kisah kelahiran Yesus yang keliru
Kisah kelahiran Yesus yang biasanya saya dengar kurang lebih seperti ini:

“24 Desember malam, sekitar dua ribu tahun yang lalu. Yusuf dan Maria tiba di kota Betlehem. Maria yang menunggang keledai tiba-tiba merasa sakit bersalin. Satu per satu penginapan di Betlehem mereka ketuk. Namun setiap penjaga penginapan yang mereka jumpai menolak karena semua kamar penuh. Maka Maria pun melahirkan Yesus di sebuah kandang. Kemudian sejumlah besar malaikat bernyanyi di depan gembala-gembala. Malam itu tiga orang Majus juga datang menyembah bayi Yesus.”

Cerita di atas sangat familiar hingga kita tidak menyadari betapa banyaknya hal yang tidak akurat. Hampir setiap kalimat di atas mengandung kekeliruan. Tentunya saat dibandingkan dengan Alkitab, yaitu kitab Matius dan Lukas yang banyak menceritakan detail kelahiran Yesus.

Pertama, Alkitab tidak pernah menyebut Maria menunggang keledai. Kedua, Alkitab juga tidak pernah menyebutkan adanya penjaga penginapan yang berbicara dengan Yusuf/Maria. Ketiga, malaikat yang disebutkan juga hanya satu, selebihnya adalah ‘bala tentara surga’. Dan mereka tidak bernyanyi, tapi ‘memuji Allah’. Kita bisa membaca ulang Lukas 2 dan Matius 1 & 2 untuk membuktikan hal ini.

Alkitab juga tidak mengatakan bahwa Yusuf dan Maria tiba di Betlehem pada malam yang sama ketika Yesus lahir. Lukas 2:6 hanya mengatakan: “Ketika mereka di situ (Betlehem), tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin.” Keterangan waktu yang dipakai adalah “ketika mereka di situ”. Ini tidak harus berarti “saat mereka baru saja tiba di situ” kan. Versi bahasa Inggris menggunakan istilah “while they were there”, bukan “when they were there”. Sedikit penjelasan bahasa, while dan when digunakan ketika dua hal terjadi bersamaan. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu while lebih pas digunakan jika dua kejadian itu periodenya agak lama (contoh: While you were reading the paper, I was working), sementara when lebih pas jika dua hal itu singkat, atau terjadi persis setelahnya (contoh: I thought of it (just) when you opened your mouth). Dengan pemahaman ini, nampaknya Alkitab mengatakan bahwa Yusuf dan Maria tiba di Betlehem beberapa hari sebelum Yesus lahir.

Kekeliruan lain, Alkitab tidak pernah menyebut adanya kandang. Coba dicari lagi di Alkitab, jika perlu menggunakan search engine Alkitab. Tidak ada kata kandang. Lukas hanya menyebutkan palungan. Lho, dimana lagi tempat yang ada palungannya? Bukankah palungan pasti berada di kandang hewan? Agak sulit bagi kita zaman sekarang untuk membayangkan palungan untuk makan/minum hewan selain di kandang. Namun, pada zaman Yesus situasinya berbeda. Hewan ternak juga dipelihara di dalam rumah. Rumah-rumah Yahudi pada zaman Yesus biasanya memiliki area di dekat pintu masuk untuk hewan ternak disimpan di malam hari. Tujuannya supaya mereka tidak dicuri atau dimangsa, juga supaya panas tubuh mereka menghangatkan rumah. Di dekat area itu ada palungan berisi jerami, kadang terbuat dari batu, langsung built-in pada lantai rumah. Palungan ini menjadi tempat yang ideal untuk meletakkan bayi yang dibedong ketika sang ibu lelah menggendong.

Jadi apakah Yesus sebenarnya lahir di rumah, bukan di kandang? Tepat sekali, beberapa ahli meyakini memang demikian. Alasannya, selain penjelasan tentang palungan di atas, Lukas menggunakan kata Yunani “kataluma” ketika menulis “karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”. Kataluma bisa juga diartikan sebagai kamar tamu, selain penginapan yang kita kenal sekarang. Rumah Israel zaman Yesus biasanya memiliki kamar yang dikhususkan untuk tamu menginap. Uniknya, di cerita orang Samaria yang baik hati, Lukas menggunakan kata Yunani lain, yaitu “pandokheion” yang lebih pas diterjemahkan sebagai motel atau losmen, bukan kataluma.

Alasan lain, adanya budaya hospitality (menyambut tamu dengan ramah) yang sangat kental di Timur Tengah saat itu. Prof Kenneth Bailey, seorang teolog yang terkenal karena menghabiskan 30 tahun di pedesaan Timur Tengah demi mempelajari budaya masyarakat zaman Yesus, menceritakan bagaimana keramahan terhadap orang asing yang sekadar melintas sungguh-sungguh nyata. Lebih-lebih untuk seorang anak yang mudik ke desa nenek moyangnya. Ia melihat sendiri bagaimana seluruh desa mengadakan perayaan besar ketika cucu dari seorang warga desa datang bahkan tanpa kabar sebelumnya. Mengingat budaya hospitality ini, sungguh tak terbayangkan jika Yusuf - seorang keturunan Daud - mudik ke Betlehem bersama isterinya yang hamil tua dan tidak ada satupun saudaranya yang bersedia menerimanya di rumah mereka.

Masih ada lagi kekeliruan yang kita terus ulang-ulang dalam drama-drama Natal, yaitu adanya tiga orang Majus. Alkitab tidak pernah menyebutkan jumlah orang Majus yang datang mengunjungi bayi Yesus. Hanya karena mereka membawa tiga macam bingkisan, bukan berarti jumlah mereka tiga kan?

Mitos Natal Abad 21
Mitos seputar natal tidak berakhir di kandang Betlehem. Mitos Natal telah bermetamorfosis ke dalam bentuk yang berbeda di abad 21 ini. Natal masa kini bahkan tidak memerlukan sosok Yesus. Natal telah berganti menjadi acara kumpul keluarga plus acara tukar kado, yang diromantisasi dengan pohon natal kerlap-kerlip, di-amerika-isasi dengan pemandangan bersalju, di-hollywood-isasi dengan film-film khas Natal, dan juga tampilnya sosok ajaib Sinterklas lengkap dengan rusa terbang dan kurcaci sebagai berhala pengganti Yesus. Belum lagi sale Natal dan cuci gudang boxing day yang ditunggu-tunggu semua orang.

Benarlah kata Taylor Swift dalam lagunya ‘Christmas must be something more’. Mungkin ada baiknya kita renungkan sejenak lirik lagu ini, dan bertanya pada diri kita sendiri: Apa yang masih tersisa kalau Natal kita bersihkan dari segala mitos dan pernak perniknya?

Christmas Must Be Something More – Taylor Swift

Verse 1
What if ribbons and bows didn’t mean a thing
Would the song still survive without 5 golden rings
Would you still wanna kiss without mistletoe
What would happen if God never let it snow
What would happen if Christmas Carols told a lie
Tell me what you would find

Chorus
You’d see that today holds something special
Something holy and not superficial
So here’s to the birthday boy who saved our lives
It’s something we all try to ignore
And put a wreath up on your door
So here’s something you should know that is for sure
Christmas must be something more

Verse 2
What if angels did not pay attention to
All the things that we wish they would always do
What if happiness came in a cardboard box
Then I’d think there was something we all forgot
What would happen if presents all went away
Tell me what would you find

Bridge
We get so caught up in all of it
Business and relationships
100 mile an hour lives
And it’s this time of year
And everybody’s here
It seems the last thing on your mind

-//-


Bibliografi:
english.blog.linkua.com/2009/02/09/english-use-of-when-and-while-adverb/


No comments:

Post a Comment